Jumat, 19 Juli 2013

Petunjuk Alquran Tentang Pertanian dan mengatasi Kelaparan



Situs resmi United Nation World Food Programme mengungkapkan bahwa resiko kesehatan terbesar di dunia saat ini adalah resiko kelaparan. Kelaparan menimbulkan lebih banyak kematian dibandingkan dengan jumlah kematian gabungan yang ditimbulkan oleh penyakit AIDS, Malaria dan TBC sekaligus. Bahwasanya masih begitu banyak jumlah orang yang kelaparan di abad modern ini, barangkali ini karena dunia baru mengandalkan ilmu, teknologi , system ekonomi, sosial dan politik buatan manusia yang penuh kelemahan dan kepentingan itu sebagai panglima – dunia belum menggunakan petunjukNya sebagai panglima untuk menyelesaikan masalah yang sangat serius seperti urusan pangan ini.

Kita mungkin belum yakin dengan petunjuk yang begitu ceto welo-welo (terang benderang) untuk menghilangkan kelaparan itu misalnya. Coba bayangkan seandainya kita menggunakan petunjukNya sebagai panglima untuk mengatasi kelaparan di dunia – kemudian memulainya dengan dua hadits shahih berikut misalnya :

Tidak akan lapar penghuni rumah yang memiliki kurma” (HR Muslim, Hadits no 3811)

““Wahai ‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma, maka penghuninya akan lapar. Wahai ‘Aisyah ! rumah yang di dalamnya tidak ada kurma, maka penghuninya akan lapar” Beliau mengucapkannya sebanyak dua atau tiga kali”(HR Muslim, Hadits no 3812)

Bagaimana kira-kira sikap kita dengan hadits tersebut ?, Oh itu solusi untuk orang Arab ?, tidak !, agama ini adalah rahmatan lil-alamin – rahmat bagi seluruh alam. Kebenaran ayat-ayatNya dan petunjuk RasulNya berlaku untuk orang Arab dan berlaku juga bagi seluruh dunia. Artinya kalau kurma mencegah kelaparan di dua hadits tersebut, itu berarti berlaku bagi seluruh dunia bahwa kurma memang benar-benar dapat mencegah kelaparan.

Yang mungkin akan segera disangkal justru oleh para ahli pertanian dan ahli pangan adalah kurma bukan tanaman kita, belum tentu cocok di tanah kita, tidak cocok untuk makanan kita dlsb. dlsb. Bisa jadi pendapat mereka betul semua berdasarkan cakupan ilmu mereka. Tetapi bila cakupan ilmu itu kita perluas sedikit saja, semua sangkalan itu menjadi lebih mudah dicarikan jawabannya.

Di Chiang Mai – Thailand yang agro klimatnya mirip dengan daerah-daerah Indonesia pada umumnya – kurma justru memberikan hasil terbaik untuk setiap pohonnya. Negeri Jiran kita Malaysia sudah lebih dari 12 tahun pula berhasil dengan sukses mengembang biakkan kurma di wilayah yang mereka masih jaga kerahasiaannya – barangkali takut dengan negeri jirannya (kita !)  akan melangkah lebih cepat bila kita juga  tahu - karena kita punya lahan yang lebih luas dan human resources yang lebih banyak.

Secara historis kita juga memiliki bukti yang begitu meyakinkan dengan tanaman yang memiliki banyak kemiripan dengan kurma yaitu sawit. Dahulu penjajah kita hanya membawa empat benih sawit dari Afrika Barat – kini produsen sawit terbesar dunia itu adalah kita !

Kurma belum menjadi solusi kelaparan dunia saat ini – bisa jadi karena justru menunggu ada negeri subur dengan potensi area tanam yang sangat luas dan dengan tenaga kerja yang cukup, yang mau menanam kurma. Negeri manakah itu ? ya kita lah yang paling fit untuk misi besar tersebut.

68% produksi bio massa dunia ada di seputar katulistiwa, yaitu sedikit di Afrika dan sebagian agak banyak di Amerika Latin – terbesarnya di Asia Tenggara. Dan yang memegang porsi paling besar di Asia Tenggara ini siapa lagi kalau bukan kita ?

Lebih dari itu penduduk terbesar di negeri dengan potensi produksi bio massa terbesar dunia ini – membaca Kitab yang didalamnya ada belasan kali kurma disebut. Membaca ratusan hadits yang di dalamnya kurma disebut untuk berbagi situasi dan konteks. Jadi sangat bisa jadi produksi massal kurma dunia itu menunggu umat yang hidup di negeri ini untuk merealisasikannya.

Tetapi bagaimana kurma bisa menjadi makanan kita ?, makanan itu ber-evolusi  dari waktu ke waktu. Mie bukan makanan asli kita, apalagi burger, steak, fried chicken, French fries dan sejenisnya. Coba tanyakan ke anak Anda tentang makanan-makanan tersebut ? mereka sudah sangat familiar untuk jenis makanan yang bahkan namanya-pun belum kita kenal ketika kita masih kecil dulu.

Hanya perlu waktu Orde Baru 32 tahun untuk mengubah mie yang dahulu lauk (mie telor) menjadi salah satu makanan utama kita – padahal 100 % bahan baku utamanya impor. Seolah ibu-ibu tidak nyaman bila di rumahnya tidak ada mie untuk makanan sewaktu-waktu. Bahkan setiap ada musibah banjir, tsunami dan gempa – mie menjadi komponen bantuan pangan utama !

Makanan-makanan lain seperti burger, steak, fried chicken, French fries dst tersebut bahkan hanya perlu waktu belasan tahun saja untuk bisa dikenal generasi muda kita sampai ke pelosok daerah – saking cepatnya penetrasi makanan barat ini, sampai-sampai sebagian namanyapun belum ada terjemahannya ke bahasa kita.

Intinya adalah apa susahnya mengenalkan makanan yang berdasarkan kabar nubuwah melalui dua hadits tersebut diatas akan mencegah kelaparan ini ? apalagi kini era twitter, era facebook, era wikipedia dlsb – dimana sosialisasi suatu produk atau ide bisa sangat murah dan sangat cepat.

Tantangannya kemudian adalah bagaimana agar nanti bila kita sudah menjadikan kurma sebagai salah satu makanan utama kita – kita tidak perlu impor seperti yang terjadi selama ini. Jawabannya ya ayo kita belajar menanamnya rame-rame di negeri ini. Thailand yang tidak membaca Al-Qur’an dan Hadits saja sudah mulai melakukannya dengan sukses, kenapa tidak dengan kita ?

Tanaman kurma sebenarnya juga sudah banyak ditanam di negeri ini, namun kebanyakan masih untuk hiasan. Kebanyakan tidak berbuah dan kalau toh berbuah – buahnya tidak enak. Semua itu ada jawabannya insyaAllah. Kurma adalah tanaman berumah dua, ada tanaman betina dan ada tanaman jantan. Keduanya harus dikawinkan dahulu ketika berbunga untuk dapat menghasilkan buah yang sempurna.

Tanaman kurma betina yang tidak dikawinkan bisa berbuah tetapi tidak bisa besar buahnya atau kalau toh besar tidak enak rasanya – karena dia tidak sempurna. Tanaman jantan yang tidak diambil benang sarinya akan rontok sendiri benangsarinya – tidak  menjadi buah.

Kurma bukan hanya sekedar makanan pencegah kelaparan, kurma juga merupakan makanan yang mendatangkan kebahagiaan ! Ini bukan seperti iklan coklat yang konon orang yang makan coklat akan merasa bahagia – tetapi ini adalah kabar langsung dari Al-Qur’an dan Hadits sahih berikut :

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu...” (QS Maryam : 24-26).

Diceritakan dari ‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa bila ada orang dari keluarganya (‘Aisyah) yang meninggal maka para wanita-pun berkumpul, kemudian mereka pergi kecuali keluarganya dan orang-orang dekat. Lalu (‘Aisyah) memerintahkan untuk mengambil periuk yang terbuat dari batu dan diisi dengan talbinah (makanan yang terbuat dari tepung dan kurma), lalu dimasaklah makanan tersebut, kemudian dibuat bubur dan dituangkanlah makanan tersebut di atasnya. Lalu (‘Aisyah) berkata : “makanlah ia, karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “makanan yang terbuat dari tepung dan kurma tersebut penyejuk bagi hati yang sakit dan dapat menghilangkan sebagian kesedihan”””. (HR. Muslim , Hadits no 4106).

Nah sekarang kita sudah mulai bisa melihat betapa indahnya solusi yang dimulai dengan petunjuk itu – solusi dimana petunjukNya menjadi panglima, kita ingin ikut mengatasi kelaparan dunia malah mendapatkan bonus untuk ikut menebarkan kebahagiaan pula ! Tetapi bagaimana memulainya ? di sinilah ilmu, teknologi dan lain sebagainya mulai juga kita berdayakan – sebagi prajuritnya, ilmu harus dipimpin oleh petunjukNya agar dia berjalan ke arah yang benar.

Serangkaian kerja keras para prajurit ini masih harus dilakukan untuk masa yang panjang, tetapi setidaknya kita sudah memulainya. Benih-benih kurma terbaik yang siap tanam (sudah berupa pohon kurma dengan tinggi sekitar 50 cm) sudah kami datangkan dari salah satu lembaga riset kurma terbesar di luar negeri - dan sudah dipilihkan yang insyaAllah cocok dengan kondisi alam kita.

Yang kami butuhkan adalah sejumlah sukarelawan dari komunitas pembaca GeraiDinar ini, untuk mencoba menanam di daerah yang sesuai dan melakukan pengamatan sampai beberapa tahun kedepan. Bila Anda berminat, silahkan ajukan CV Anda dan berikan kami gambaran kondisi tanah di daerah Anda. Yang kami butuhkan kurang lebih tanah yang berpasir dan syukur juga sedikit berkapur.

Bagi yang tidak terpilih untuk mendapatkan  bagian benih kurma impor yang sudah kami pilihkan tersebut, insyaallah akan kami libatkan pula untuk ikut menanam kurma lain yang lebih menantang dan tidak kalah menariknya.

Siapa tahu dengan berjamaah kita bisa menghilangkan kelaparan bagi dunia yang kini berdasarkan data FAO tahun  lalu (2012) masih sekitar 870 juta orang kelaparan dan terbesarnya 563 juta berada di sekitar kita – di Asia Pacific ! Lebih dari itu siapa tahu kita juga bisa menghadirkan kebahagiaan bagi dunia ! (insyaAllah bersambung).

sumber : Muhaimin Iqbal di www.geraidinar.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar