Selasa, 30 Juli 2013

Surat Yaasiin sebagai Pedoman Ilmu Pertanian Modern dan Islami

Memakmurkan Bumi Dengan Surat Yaasiin

Di antara surat-surat panjang yang paling banyak dihafal di pesantren sampai kini adalah surat Yaasiin. Ini antara lain karena Pak Kyai suka bercerita bahwa yang membacanya siang dan malam untuk mencari keridlaanNya akan diampuni dosanya. Bahkan bila yang membacanya sedang takut dia akan aman, bila sedang sakit dia akan sembuh, bila sedang lapar maka dia akan kenyang. Ternyata Pak Kyai benar, bila sebagian saja ayat-ayat di surat Yaasiin itu didalami dan diimplementasikan – bumi akan dapat benar-benar makmur berkesinambungan.
Ini saya sarikan dari hasil ngaji saya dengan ustadz yang tidak biasa, ustadz yang sangat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memiliki kesamaan minat dengan saya – yaitu pertanian dalam arti luas. Petunjuk detil tentang tahap-tahap pemakmuran bumi ini ada di rangkaian ayat berikut :
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur ? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS 36 : 33-36)
Awalnya bumi itu mati, lalu Allah hidupkan. Dengan apa Allah menghidupkannya ? antara lain dengan tanaman ‘biji-bijian’ yang ‘mereka makan’. Ini petunjuk yang luar biasa untuk kita yang (ingin) terjun di dunia pertanian/perkebunan. Ketika kita mendapati bumi yang ditelantarkan oleh pemilik (sebelum) nya, cara memakmurkan awalnya adalah dengan menanam jenis biji-bijian yang dapat kita makan.
Dalam bahasa ilmiah tanaman biji-bijian ini disebut tanaman leguminosa (family Fabaceae atau Leguminosae) yang memiliki jumlah spesies sekitar 19,300-an. Diantaranya yang sudah pernah saya perkenalkan di situs ini adalah Alfaafa (Medicago sativa) dan Koro Pedang (Canavalia ensiformis).
Selain memberikan hasil yang bisa dimakan manusia maupun ternak (yang ujungnya juga akan di makan manusia), tanaman leguminosa memiliki keunggulan dalam mengikat nitrogen di tanah. Dialah biofertilizer yang paling efektif yang disediakan di alam. Maka jenis tanaman inilah yang pertama yang seharusnya kita tanam ketika mendapati tanah yang mati (gersang, ditelantarkan pemiliknya dlsb).
Dengan tanaman leguminosa yang menutupi tanah, selain membuat tanah kaya akan nitrogen yang akan dibutuhkan oleh tanaman-tanaman selanjutnya – juga terbentuk iklim mikro (microclimate) di atas tanah yang bersangkutan. Suhu permukaan tanah akan turun dan air mulai akan dihasilkan melalui kondensasi dan pengurangan evaporasi.
Setelah tanah sudah mulai subur, tanaman berikutnya adalah kurma dan anggur. Kurma adalah tanaman tegakan yang akarnya masuk jauh ke dalam tanah dan juga merayap ke samping. Kurma adalah tanaman yang sangat efisien dalam pemanfaatan air – sehingga dia mampu hidup di tanah yang minim air sekalipun. Pohonnya yang tinggi dan daunnya yang menjuntai memberikan naungan bagi sekitarnya. Dengan kombinasi tanaman yang merambat (anggur), keberadaannya menyempurnakan iklim mikro di tempat-tempat pertumbuhannya.
Perakarannya yang memperbaiki porositas dan daya serap tanah terhadap air hujan yang jatuh, air tidak terbuang dan tidak menguap –  bila hal ini  berlangsung cukup lama (usia kurma bisa sampai ratusan tahun), maka bukan hanya air akan tersedia cukup di tempat tumbuhnya kurma tersebut, bukan pula sekedar merembes, tetapi air bahkan akan memancar menjadi sejumlah mata air !
Setelah episode tanah yang mati sampai menjadi makmur yang ditandai dengan memancarnya mata air ini, saat itulah manusia bisa menikmati hasil bumi itu secara berkelanjutan dan bahkan mulai bisa bercocok tanam dengan tanaman-tanaman yang disukainya seperti padi, gandum dlsb.
Dengan itulah manusia harus banyak-banyak bersyukur dan menjaga keseimbangan di alam – agar kemakmuran itu terus terjaga secara berkeseinambungan.
Ayat ini membuktikan bahwa bila Allah menugasi kita untuk memakmurkan bumi (QS 11 :61), pasti Dia juga memberikan petunjukNya bagaimana cara kita untuk memakmurkan bumi itu. Petunjuk inipun bukan petunjuk yang samar, tetapi petunjuk yang detil lengkap dengan penjelasannya (QS 2 :185).
Maka surat Yaasiin (dan juga surat-surat lainnya) benar-benar akan menjadi petunjuk untuk pelaksanaan misi pemakmuran bumi itu, tetapi mustinya tidak berhenti pada tataran dibaca dan dihafal. Interaksi dengan surat ini musti komplit mulai dari dibaca, dihafalkan, dipahami, diamalkan (diimplementasikan) dan juga diajarkan.
Rintisan untuk implementasi ayat-ayat tersebut di atas sedang kita mulai, setelah bibit Alfaafa ada di kita, kini kami sedang menyiapkan bibit Koro Pedang yang nantinya bersama Alfaafa dapat kita jadikan sebagai tanaman perintis yang akan menjadi pioneer dalam menangani lahan-lahan yang gersang. Alfaafa dan Koro Pedang hanyalah dua contoh tanaman perintis – dari belasan ribu spesies yang ada – yang sudah kami pelajari karakter, efektifitas dan kesesuaiannya dengan lahan-lahan kita pada umumnya.
Bersamaan dengan itu bibit-bibit kurma juga kami sedang siapkan melalui berbagi jalur, mulai dari impor langsung dari sumber yang berkompeten di luar negeri sampai pembibitan sendiri melalui biji maupun yang direncanakan dengan kultur jaringan.
Semua akan di-share pada waktunya masing-masing, agar kita semua bisa belajar bareng memahami ayat-ayatNya, memahami petunjuk dan penjelasanNya dan beramal bareng untuk mengemban tugas yang diberikan ke kita semua yaitu untuk memakmurkan bumi ini ! insyaAllah.
sumber :  http://wiki.wikitani.com/docs/memakmurkan-bumi-dengan-surat-yaasiin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar